ForexNews.id – Dolar AS mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Rabu, namun masih kesulitan untuk mendorong penguatan lebih tinggi di tengah ketidakpastian prospek perdagangan global.
Sementara itu, pound sterling melemah setelah data inflasi Inggris yang lebih rendah dari perkiraan, menjelang pembaruan fiskal terbaru dari pemerintah Inggris.
Dolar Menunggu Kejelasan Tarif Baru
Pada pukul 16.00 WIB, Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,1% menjadi 103,887.
Meski demikian, dolar masih berada di jalur pelemahan sekitar 4% sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Kenaikan dolar pada awal sesi perdagangan Rabu terbatas, setelah data kepercayaan konsumen AS menunjukkan pelemahan.
Investor juga masih menunggu rincian lebih lanjut terkait kebijakan tarif yang akan diumumkan oleh Presiden Donald Trump minggu depan.
Menurut analis ING, pengumuman tarif tersebut akan mencakup sektor otomotif, semikonduktor, dan farmasi, sebagai bagian dari strategi perdagangan AS yang lebih luas.
“Jika tarif yang diumumkan cukup agresif terhadap Uni Eropa dan China, dolar bisa menguat lebih lanjut. Namun, dalam jangka pendek, greenback kemungkinan masih akan diperdagangkan dalam kisaran yang ketat,” tulis ING dalam catatan analisisnya.
Inflasi Inggris Melambat, Sterling Tertekan
Di Eropa, GBP/USD turun 0,4% menjadi 1,2889 setelah laporan inflasi Inggris menunjukkan perlambatan lebih dari yang diperkirakan pada Februari.
Data ini memberikan sedikit ruang bagi Kanselir Keuangan Inggris, Rachel Reeves, sebelum menyampaikan pembaruan fiskal terbarunya.
Inflasi tahunan Inggris tercatat sebesar 2,8% pada Februari, lebih rendah dibandingkan 3,0% pada Januari.
Sementara itu, indeks harga konsumen inti tetap stagnan, tidak menunjukkan perubahan signifikan.
Pemerintah Inggris telah mengumumkan pengurangan pengeluaran kesejahteraan dalam upaya menyeimbangkan anggaran, dan Reeves diperkirakan akan mengumumkan pemotongan lebih lanjut dalam pernyataannya nanti.
Selain itu, ada spekulasi bahwa Inggris akan mengalokasikan tambahan £2,2 miliar untuk pengeluaran pertahanan, mengingat meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa.
Euro Sedikit Melemah, Pasar Abaikan Kesepakatan AS-Rusia
EUR/USD diperdagangkan lebih rendah di 1,0791, mundur dari level tertinggi lima bulan yang dicapai pekan lalu.
Meskipun ada laporan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dengan Rusia dan Ukraina untuk mengurangi serangan di laut dan fasilitas energi, pasar keuangan tampaknya tidak terlalu bereaksi terhadap berita tersebut.
Analis ING memperingatkan bahwa pasar mungkin belum sepenuhnya memperhitungkan risiko tarif terhadap euro.
“UE, terutama Jerman, memiliki surplus perdagangan yang besar dengan AS dan kemungkinan akan menjadi salah satu target utama dalam kebijakan perdagangan baru Washington,” kata ING.
Mereka juga memperkirakan bahwa EUR/USD dapat turun ke level 1,05 pada akhir kuartal kedua, jika kebijakan tarif yang lebih agresif diterapkan oleh AS.
Yen Melemah, Pasar Asia Menanti Implementasi Tarif
Di Asia, USD/JPY naik 0,2% ke 150,12, dengan yen sedikit melemah meskipun Gubernur Bank of Japan menegaskan bahwa suku bunga harus naik jika inflasi terus berlanjut akibat kenaikan harga pangan.
USD/CNY juga naik 0,1% ke 7,2638, dengan investor tetap berhati-hati menjelang penerapan tarif timbal balik oleh AS yang dijadwalkan mulai 2 April.
Secara keseluruhan, pasar mata uang global masih dalam kondisi wait-and-see, dengan fokus utama tertuju pada kebijakan tarif AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global. (AA)