ForexNews.id – Roma, Italia — Asosiasi bisnis paling berpengaruh di Italia, Confindustria, kembali memangkas ekspektasi pertumbuhan ekonomi nasional di tengah bayang-bayang kebijakan proteksionisme yang mencemaskan dari Amerika Serikat.
Dengan mengacu pada potensi eskalasi tensi dagang global, asosiasi tersebut kini memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Italia hanya akan tumbuh sebesar 0,6% pada tahun 2025, sebuah koreksi tajam dari proyeksi pemerintah sebelumnya sebesar 1,2%.
Pemicu utama dari revisi ini datang dari rencana Presiden AS Donald Trump yang dijadwalkan akan mengumumkan paket tarif komprehensif minggu ini, termasuk kemungkinan peningkatan bea masuk terhadap impor baja dan aluminium.
Kabar tersebut menimbulkan gelombang kekhawatiran di kalangan pelaku bisnis dan investor global, yang mencemaskan munculnya gelombang baru perang dagang.
Dalam laporan terbarunya, Confindustria menyoroti bahwa ketidakpastian terhadap arah kebijakan perdagangan internasional mencapai “tingkat tertinggi dalam satu dekade terakhir”.
Mereka menekankan bahwa meskipun kebijakan tarif baru AS belum sepenuhnya diberlakukan, kekhawatiran pasar telah cukup untuk menahan laju investasi dan konsumsi domestik Italia.
Ekonomi Italia sendiri telah menunjukkan sinyal stagnasi sejak tahun 2023, dengan pertumbuhan hanya 0,7% dan tren serupa berlanjut hingga tahun 2024.
Pada kuartal keempat 2024, PDB hanya naik tipis sebesar 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Meski Confindustria memproyeksikan ada sedikit perbaikan pada tahun 2026 dengan pertumbuhan sebesar 1%, prospek jangka menengah masih dibayangi ketidakpastian.
Dalam skenario terburuk—jika tarif AS pada seluruh impor diberlakukan hingga 25% dan mencapai 60% khusus untuk Tiongkok, serta diiringi langkah balasan dari negara-negara mitra dagang—pertumbuhan ekonomi Italia bisa terpuruk drastis menjadi hanya 0,2% pada 2025 dan 0,3% pada 2026.
Analis ekonomi Eropa pun menilai bahwa ketergantungan Italia terhadap perdagangan global membuat negara ini sangat rentan terhadap fluktuasi kebijakan proteksionis.
Sektor industri dan manufaktur, yang menjadi tulang punggung ekspor Italia, berisiko terpukul paling keras jika akses pasar internasional terganggu.
Kini, para pengambil kebijakan Italia dihadapkan pada tantangan ganda: menstabilkan perekonomian domestik sambil mempersiapkan strategi mitigasi untuk menghadapi guncangan eksternal yang makin sulit diprediksi.
Sementara itu, dunia menanti langkah selanjutnya dari Gedung Putih—yang bisa jadi akan membentuk kembali peta perdagangan global selama bertahun-tahun ke depan. (AA)