ForexNews.id – Nilai tukar Rand Afrika Selatan melemah selama sesi perdagangan awal pada hari Rabu, mencerminkan keresahan pasar yang dipicu oleh ketidakpastian politik domestik serta kekhawatiran global terhadap arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat.
Pada pukul 16:00 WIB, Rand diperdagangkan pada level 18,56 terhadap dolar AS, mengalami pelemahan sekitar 0,5% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Penurunan ini terjadi setelah parlemen Afrika Selatan menyetujui tahap awal dari rancangan anggaran negara yang kontroversial.
Meskipun koalisi pemerintah berhasil memperoleh dukungan awal untuk kerangka fiskal, dinamika politik yang mengiringi proses tersebut menimbulkan kegelisahan di kalangan investor.
Partai African National Congress (ANC), yang memimpin koalisi pemerintahan, terpaksa mengandalkan suara partai-partai kecil di luar koalisi untuk lolos dari tahap awal pemungutan suara.
Langkah ini segera memicu ketegangan dengan mitra utama mereka, Democratic Alliance (DA), yang menuduh ANC telah melanggar kesepakatan politik yang telah disepakati dalam pembentukan koalisi.
“Ketergantungan pada dukungan eksternal ini menunjukkan rapuhnya kesatuan politik dalam koalisi,” ujar seorang analis pasar dari Johannesburg, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
“Investor melihat ini sebagai potensi hambatan terhadap stabilitas kebijakan ekonomi negara.”
Kekacauan semakin meningkat ketika salah satu partai oposisi mengajukan surat resmi kepada Ketua Parlemen, menuntut agar sidang anggaran hari Selasa dibatalkan.
Selain itu, mereka juga meminta agar sidang lanjutan pada Rabu dibatalkan demi mencegah kelanjutan proses anggaran, yang menurut mereka cacat prosedural.
Sementara itu, dari sisi eksternal, investor juga mencermati pernyataan Presiden AS Donald Trump yang akan segera mengumumkan tarif impor baru, yang berpotensi memicu ketegangan dagang lebih lanjut.
Sentimen risiko global yang memburuk ini memperburuk tekanan terhadap Rand, mata uang negara berkembang yang sangat sensitif terhadap gejolak geopolitik dan perdagangan internasional.
“Dengan dua sumber ketidakpastian besar, baik dari dalam negeri maupun dari kebijakan luar negeri AS, tidak mengherankan jika Rand kehilangan pijakannya,” tambah analis tersebut.
Ketidakpastian ini diperkirakan masih akan membayangi pergerakan Rand dalam waktu dekat, terutama jika perselisihan politik dalam negeri tidak segera terselesaikan dan rencana tarif dari AS terealisasi dalam waktu dekat.
Para pelaku pasar pun bersikap lebih berhati-hati menjelang pengambilan suara selanjutnya dalam proses pengesahan anggaran nasional. (AA)