Reuters https://www.reuters.com Reuters
Reuters https://www.reuters.com Reuters

Resiliensi Mata Uang Asia di Tengah Ketegangan Perdagangan Global: Yuan Alami Penurunan Tajam

ForexNews.id – Pada hari Selasa, sebagian besar mata uang Asia menunjukkan stabilitas setelah beberapa sesi sebelumnya mengalami kerugian yang signifikan.

Sentimen pasar yang tercipta akibat kekhawatiran atas kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump, yang berencana untuk mengenakan tarif tinggi secara global, masih membayangi, namun pasar Asia menunjukkan sedikit pemulihan.

Di sisi lain, yuan China terus mengalami penurunan dan mencapai level terendah sejak Oktober 2023.

Pasangan mata uang USD/CNY tercatat naik lebih dari 0,3%, mencapai 7,3364 yuan.

Langkah ini terjadi setelah Beijing memperingatkan adanya kemungkinan eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang dengan AS, terutama setelah Trump mengancam untuk menaikkan tarif terhadap China lebih tinggi lagi.

Hal ini menciptakan ketegangan yang semakin dalam antara kedua negara besar tersebut.

Meskipun yuan melemah, sebagian besar mata uang Asia lainnya bergerak dalam rentang yang lebih stabil.

Yen Jepang, meskipun sedikit melemah pada hari Selasa, tetap bertahan dekat dengan level tertinggi yang tercatat baru-baru ini.

Ini menunjukkan bahwa minat terhadap aset safe haven, seperti yen, masih tinggi di tengah ketidakpastian yang ada di pasar global.

Meskipun pasar Asia secara keseluruhan menunjukkan pemulihan, ketegangan terkait dengan dampak dari tarif Trump tetap menjadi perhatian utama.

Tarif yang direncanakan akan diberlakukan mulai Rabu ini semakin memperburuk ketidakpastian pasar global.

Ketegangan AS-China Meningkat, Dampak Tarif Terus Membebani Yuan

Yuan China terus menjadi sorotan setelah mencapai posisi terlemahnya dalam 19 bulan terakhir.

Pemerintah China menanggapi ancaman tarif dari Trump dengan bersikap tegas, menyatakan kesiapan untuk “bertarung sampai akhir”.

China juga diperkirakan akan mengeluarkan langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter untuk meredam dampak negatif dari tarif tersebut.

Namun, langkah-langkah ini diperkirakan akan semakin membebani yuan, terutama jika suku bunga pinjaman China dipangkas lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ketegangan ini juga tercermin dalam pergerakan mata uang Asia lainnya. Dolar Singapura (USD/SGD) turun 0,4%, dan dolar Australia (AUD/USD) tertekan 0,3%, seiring dengan data yang menunjukkan penurunan tajam dalam sentimen konsumen di Australia pada awal April.

Meskipun tidak ada perubahan signifikan di mata uang Korea Selatan (USD/KRW), sentimen pasar secara keseluruhan tetap hati-hati.

Dolar AS Tertekan oleh Ketakutan Resesi dan Proyeksi Pemangkasan Suku Bunga

Di sisi lain, dolar AS juga menunjukkan kelemahan, dengan Indeks Dolar AS dan futures indeks dolar masing-masing turun sekitar 0,5% dan 0,2%.

Meskipun dolar sempat menguat sebelumnya, kekhawatiran akan dampak kebijakan perdagangan Trump dan potensi resesi AS pada akhir tahun ini menyebabkan ketidakpastian yang mendalam.

Beberapa bank investasi dan pasar taruhan online mulai meningkatkan proyeksi resesi untuk tahun 2025, yang semakin menekan dolar.

Selain itu, ada peningkatan taruhan bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pasar semakin mengantisipasi pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada bulan Juli, sebagai upaya untuk mengimbangi dampak dari kebijakan tarif yang diterapkan Trump.

Dengan rilis risalah pertemuan Fed bulan Maret yang dijadwalkan pada hari Rabu, pasar berharap akan mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan suku bunga ke depan.

Namun, ketidakpastian yang terkait dengan situasi perang dagang dan prospek ekonomi AS tetap menjadi faktor dominan yang akan memengaruhi pergerakan mata uang global dalam beberapa waktu ke depan. (AA)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *