ForexNews.id – Pound sterling menunjukkan penguatan yang menjanjikan pada perdagangan hari Selasa, setelah sempat tertekan dalam beberapa pekan terakhir.
Mata uang Inggris ini mencatat pemulihan terhadap euro dan dolar AS, seiring menurunnya gejolak pasar yang selama ini membayangi sentimen global.
Kenaikan nilai tukar ini datang bersamaan dengan dirilisnya data makroekonomi yang memberikan sinyal campuran mengenai kondisi pasar tenaga kerja Inggris.
Meskipun indikator ketenagakerjaan memperlihatkan potensi perlambatan, khususnya menjelang diberlakukannya kenaikan pajak bagi pemberi kerja pada bulan ini, pertumbuhan upah tetap terjaga di level tinggi.
Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi Bank of England (BoE) dalam menavigasi kebijakan moneternya.
Pelaku pasar kini memperkirakan dengan probabilitas sebesar 90% bahwa BoE akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan berikutnya di awal Mei.
Lebih lanjut, spekulasi dua kali pemotongan tambahan pada akhir tahun ini turut mendorong volatilitas di pasar obligasi dan mata uang.
Di sisi eksternal, Inggris relatif terlindungi dari dampak langsung fluktuasi tarif perdagangan global, khususnya yang dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump.
Ketergantungan yang lebih rendah terhadap ekspor ke China dan Uni Eropa membuat pound lebih stabil dibandingkan mata uang negara-negara yang lebih terpapar.
Namun, ancaman resesi global yang dipicu oleh eskalasi perang dagang tetap menjadi kekhawatiran besar yang menekan optimisme investor.
Pada perdagangan terakhir, sterling tercatat menguat 0,45% terhadap dolar AS, diperdagangkan di level $1,3243.
Terhadap euro, pound juga menunjukkan kinerja positif dengan pasangan EUR/GBP turun 0,5% menjadi 85,67 pence—menandakan penguatan sterling terhadap mata uang tunggal Eropa.
Penguatan ini memberikan secercah harapan bagi investor yang selama ini tertekan oleh ketidakpastian pasar, meskipun jalan menuju stabilitas ekonomi jangka panjang Inggris masih penuh tantangan.
Kombinasi antara tekanan fiskal domestik, prospek pelonggaran moneter, dan ketidakpastian geopolitik global akan terus menjadi faktor utama yang membentuk arah pergerakan pound ke depan. (AA)