Dolar AS alami pelemahan pada hari Senin, sedangkan euro mulai menguat setelah para pemimpin Eropa ambil langkah inisiatif dalam mendorong kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia.
Pergerakan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek perdamaian yang dapat mengurangi ketidakpastian geopolitik.
Dolar AS Turun dari Level Tertinggi
Pukul 16.00 WIB, Indeks Dolar, yang mengukur kinerja greenback pada enam mata uang utama lainnya, turun dari 0,3% ke level 107,245.
Penurunan ini terjadi disebabkan dolar sempat menguat sekitar 0,7% pekan lalu.
Dolar AS mengalami pelemahan setelah ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mencuat dalam pertemuan di Ruang Oval pada akhir pekan lalu.
Zelenskiy tetapi mendapatkan sambutan hangat di Inggris, di mana Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan bahwa para pemimpin Eropa sudah satu suara untuk menyusun rencana perdamaian yang akan diajukan ke Washington.
Selain itu, dolar juga melemah setelah Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengisyaratkan bahwa tarif yang direncanakan terhadap Kanada dan Meksiko, yang seharusnya berlaku pada hari Selasa, kemungkinan tidak akan mencapai angka 25%.
Para pejabat dari kedua negara sedang bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan di saat-saat terakhir.
Euro Menguat Berkat Harapan Perdamaian
Di Eropa sendiri, pasangan mata uang EUR/USD naik sebanyak 0,2% ke level 1,0394, bangun dari level terendah dalam 2,5 minggu terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh optimisme seputar potensi pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia.
Menurut analis dari ING, mata uang yang memiliki eksposur tinggi terhadap ketegangan geopolitik, seperti euro dan mata uang Skandinavia, akan mengalami reli jika kesepakatan damai tercapai.
Namun, konfrontasi yang meningkat antara AS dengan Eropa dan Ukraina masih menyisakan risiko geopolitik yang dapat mempengaruhi harga aset.
Pasar juga menantikan rilis data inflasi dari zona euro yang dapat memberikan petunjuk tentang kebijakan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB).
ECB dijadwalkan bertemu pada hari Kamis dan diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,50% guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang stagnan.
Poundsterling Naik di Tengah Minimnya Data Domestik
Pasangan GBP/USD naik 0,1% ke level 1,2590, didukung oleh harapan bahwa para pemimpin Eropa akan berperan dalam perundingan damai untuk Ukraina.
Minggu ini, kalender ekonomi Inggris relatif sepi, sehingga pergerakan pound lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Peristiwa domestik utama yang dinantikan adalah sesi pertanyaan Komite Keuangan terhadap Gubernur Bank of England (BoE) Andrew Bailey dan anggota Komite Kebijakan Moneter (MPC) lainnya pada hari Rabu.
Meskipun BoE memangkas suku bunga pada Februari lalu, data terbaru menunjukkan ekonomi Inggris ternyata jauh lebih kuat dari perkiraan.
Sebabnya ini dapat membuat beberapa pejabat bank sentral mengambil sikap lebih hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan moneter.
Yen Menguat Setelah Data PMI Jepang
Di pasar Asia, pasangan USD/JPY turun sebanyak 0,4% menjadi 150,13 setelah data indeks manufaktur PMI Jepang menunjukkan hasil yang lebih dari perkiraan.
Meskipun sektor manufaktur Jepang masih dalam fase kontraksi, data ini memberikan sedikit dukungan bagi yen.
Sementara itu, pasangan USD/CNY naik tipis 0,1% ke 7,2925 meskipun data PMI pemerintah dan swasta menunjukkan pertumbuhan aktivitas manufaktur dan non-manufaktur China yang sudah melebihi ekspektasi.
Langkah-langkah stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah China hingga akhir 2024 tampaknya mulai menunjukkan efek positif.
Namun, investor masih menanti dampak dari tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap China, terutama setelah Trump tetap mempertahankan retorika keras kepalanya kepada Beijing.(AA)