ForexNews.id – Setelah mencatat sedikit penguatan dalam beberapa hari terakhir, Dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan akan kembali melemah seiring berjalannya tahun.
Laporan terbaru dari UBS menyebutkan bahwa tren penguatan ini hanyalah jeda dalam perjalanan turun yang lebih panjang.
Pada pukul 13:40 WIB hari ini, Indeks Dolar—yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia—naik tipis 0,3% ke posisi 98,960, bangkit dari level terendah dalam tiga tahun yang sempat disentuh awal pekan ini.
Sementara itu, pasangan EUR/USD turun 0,2% ke $1,1397, tetapi masih mencatatkan kenaikan lebih dari 5,5% dalam satu bulan terakhir.
USD/JPY juga naik 0,3% ke Y141,89, meski secara bulanan mencatat penurunan tajam sebesar 5,8%.
UBS menggarisbawahi bahwa pergerakan ini bukan sinyal kebangkitan Dolar, melainkan bagian dari dinamika “capital flight”—pelarian modal dari aset berdenominasi USD.
Hal ini tercermin dari volatilitas pasar mata uang yang terus meningkat meskipun USD melemah, serta munculnya permintaan besar atas opsi jual USD dalam pasangan seperti EUR/USD.
Perubahan mencolok juga terlihat di pasar obligasi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor panjang—seperti 10 dan 30 tahun—terus meningkat, sementara yield obligasi 2 tahun justru turun.
Ditambah lagi, spread swap yang mengecil menunjukkan bahwa investor memandang obligasi jangka panjang AS sebagai aset yang semakin berisiko.
UBS menegaskan kembali pandangan bearish-nya terhadap Dolar terhadap sebagian besar mata uang negara-negara G10.
Dalam pandangannya, tekanan dari arus modal keluar akibat kebijakan fiskal dan moneter AS lebih dominan dibandingkan teori konvensional yang menyatakan tarif tinggi mendukung penguatan mata uang.
“Fakta bahwa pelemahan ini terjadi lebih cepat dan lebih tajam dari perkiraan kami sebelumnya memperkuat ekspektasi kami,” ujar UBS dalam catatan riset bertanggal 23 April.
Bank tersebut kini memproyeksikan EUR/USD mencapai 1,23 dan USD/JPY turun ke 130 pada akhir 2025.
Lebih jauh, UBS memprediksi penurunan signifikan dalam selisih suku bunga antara Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) dalam dua tahun ke depan.
Penyesuaian ini, menurut mereka, akan menjadi kunci dalam mendorong reli lebih lanjut pada Euro terhadap Dolar.
Pasar global saat ini, kata UBS, berada dalam fase price discovery—yakni masa pencarian titik keseimbangan baru bagi Dolar AS, baik dari sisi fundamental maupun premi risiko atas kepemilikan aset dalam mata uang tersebut. (AA)