ForexNews.id – Dalam laporan strategis terbaru, analis strategi FX dari UBS memproyeksikan bahwa pasangan mata uang Euro terhadap Dolar AS (EUR/USD) berpotensi menguat hingga mencapai level 1,20.
Proyeksi ini didasarkan pada skenario di mana tarif perdagangan global ditetapkan secara universal sebesar 10%, dengan tarif khusus terhadap Tiongkok mencapai 60%.
UBS menilai bahwa langkah proteksionis semacam itu akan menekan pertumbuhan ekonomi AS secara signifikan, memaksa Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga lebih cepat dibandingkan Bank Sentral Eropa.
Penurunan suku bunga AS yang lebih cepat ini diperkirakan akan melemahkan Dolar AS, memperbesar premi risiko pada aset berdenominasi dolar, dan pada akhirnya mendorong penguatan Euro.
Namun, prospek ini tidak serta-merta memberikan keuntungan langsung bagi negara-negara pasar berkembang (EM).
Meski sejak awal tahun mata uang pasar berkembang telah menguat sekitar 3% terhadap Dolar AS, kinerjanya justru melemah sekitar 6% bila dibandingkan dengan Euro.
Ini menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar saat ini lebih dipengaruhi oleh dinamika antarnegara maju daripada dorongan struktural dari negara berkembang.
UBS mencatat bahwa penurunan Dolar kali ini berbeda dari tren sebelumnya. Biasanya, pelemahan USD terjadi bersamaan dengan masuknya arus modal ke pasar berkembang, yang ditopang oleh perbedaan pertumbuhan yang menguntungkan.
Namun, saat ini, tantangan bagi EM semakin nyata—mulai dari lemahnya ekspor, pelebaran spread kredit global, hingga ekspektasi pelonggaran moneter yang agresif.
Dalam konteks ini, UBS menyarankan strategi yang lebih selektif: membeli penurunan Euro terhadap mata uang pasar berkembang dan membeli Yen Jepang terhadap mata uang Asia seperti Dolar Singapura, Yuan Tiongkok, Rupiah Indonesia, Baht Thailand, Peso Kolombia, dan Peso Meksiko.
Strategi ini diyakini akan menghasilkan pergerakan yang lebih signifikan dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan mendatang dibandingkan posisi short USD langsung terhadap EM.
Di antara mata uang pasar berkembang, UBS mengidentifikasi Real Brasil, Lira Turki, dan Dolar Taiwan sebagai kandidat utama untuk kinerja superior.
Ketiganya dinilai memiliki keseimbangan antara dukungan kebijakan domestik dan daya tahan terhadap ketidakpastian eksternal yang sedang meningkat.
Dengan skenario perdagangan global yang semakin kompleks, wawasan UBS ini memberikan panduan strategis yang penting bagi investor yang ingin memanfaatkan fluktuasi mata uang di tengah pergeseran kebijakan global dan volatilitas pasar yang tinggi. (AA)