ForexNews.id – Pound Inggris saat ini berhasil mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir pada hari Jumat setelah keluarnya data terbaru yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam belanja konsumen Inggris pada bulan Januari.
Kenaikan poundsterling ini memberikan hawa dorongan bagi mata uang Inggris meskipun diluar itu laporan menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di negara tersebut sudah memangkas beberapa tenaga kerja mereka dengan cepat, menurut laporan Reuters.
Peningkatan Belanja Konsumen di Tengah Penurunan Lapangan Kerja
Belanja konsumen Inggris melonjak secara tak terduga pada bulan Januari, menandakan optimisme bagi perekonomian.
Di sisi lain, data ketenagakerjaan menunjukkan penurunan yang mencolok, dengan indeks ketenagakerjaan PMI turun ke level terendah sejak November 2020, dan ini tidak termasuk periode pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu.
Penurunan ini sebagian besar dikaitkan dengan kebijakan pajak baru yang diperkenalkan oleh Menteri Keuangan Rachel Reeves pada akhir Oktober lalu.
Kenaikan pajak tersebut juga menjadi penyebab beberapa perusahaan di Inggris mengurangi rencana perekrutan mereka secara drastis.
Pound Inggris Menguat di Pasar Mata Uang
Pasca rilis data ini, Pound Inggris naik 0,1% menjadi $1,2675, dibandingkan dengan $1,266 sebelum data resmi diumumkan.
Level ini menjadi yang terkuat bagi mata uang Inggris dalam dua bulan terakhir di 2025.
Sementara itu, euro sedikit alami pelemahan terhadap pound yakni turun ke 82,81 pence dari 82,85 pence sebelumnya.
Pound telah mengalami penguatan sejak awal tahun, naik sekitar 1,2%. Pada tahun 2024, pound tercatat sebagai mata uang utama dengan kinerja terbaik terhadap dolar AS di antara mata uang G10.
Hal ini menimbulkan bermunculannya para analis dari BBVA yang memperingatkan bahwa kenaikan ini mungkin sudah terlalu tinggi, mengingat apresiasi signifikan yang terjadi sejak pertengahan Januari.
Tekanan Inflasi dan Ekspektasi Kebijakan Suku Bunga
Meskipun ekonomi Inggris menunjukkan pertumbuhan yang moderat sebesar 0,1% pada kuartal terakhir tahun 2024, inflasi tetap menjadi perhatian utama.
Inflasi konsumen mencapai 3% pada bulan lalu, tertinggi dalam sepuluh bulan terakhir.
Tidak hanya itu, pertumbuhan upah tetap kuat dengan kenaikan gaji reguler sebesar 5,9% pada bulan Januari.
Situasi ini membuat para pedagang memperkirakan Bank of England hanya akan melakukan maksimal dua kali pemotongan suku bunga tambahan sepanjang tahun ini.
Ketidakpastian terkait kebijakan moneter juga menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan pound ke depan.
Penjualan Ritel Melebihi Ekspektasi
Faktor utama dari beberapa faktor lain yang mendorong penguatan pound adalah data penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya.
Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan yakni penjualan ritel meningkat 1,7% pada bulan Januari, dan itu jauh melampaui ekspektasi kenaikan 0,3%.
Angka ini juga menunjukkan bahwa pemulihan dari hasil yang lebih lemah di bulan Desember.
Dengan kombinasi peningkatan belanja konsumen, tekanan inflasi yang masih tinggi, serta prospek kebijakan moneter yang cukup ikat pinggang, pound Inggris diperkirakan akan tetap dalam tren positif dalam waktu dekat.
Akan tetapi, pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi ketidakstabilan akibat faktor ekonomi global dan kebijakan domestik. (AA)