Reuetrs menginformasikan kepada para analis bahwa Reserve Bank of India (RBI) harus menyuntikkan dana setidaknya sebanyak 1 triliun rupee ($11,54 miliar) tambahan ke dalam sistem perbankan pada penghujung Maret 2025 demi mengatasi kekurangan likuiditas yang terus-menerus.
Meskipun ada suntikan dana baru-baru ini, likuiditas jangka panjang terus alami defisit.
Sejak pertengahan Januari 2025, RBI aktif lakukan intervensi di pasar valuta asing dan langkah lainnya, hal ini berujung pada penurunan likuiditas yang tajam.
Sebagai tanggapan, bank sentral telah melakukan operasi pasar terbuka, termasuk pembelian obligasi dan swap mata uang, untuk menyediakan dana ke sektor perbankan.
RBI baru saja menurunkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam jangka lima tahun terakhir pada Februari lalu.
Para pelaku pasar telah menekankan pentingnya likuiditas yang memadai untuk memastikan bahwa penurunan suku bunga secara efektif diterjemahkan ke dalam pinjaman yang lebih mudah diakses dari bank.
Pada tanggal 20 Februari terjadi defisit likuiditas di sistem perbankan India dan jumlahnya mencapai sekitar 1,7 triliun rupee.
Para ekonom dari IDFC First Bank dan QuantEco Research telah menyarankan berbagai strategi bagi RBI untuk mengelola kesenjangan yang terjadi, salah satunya pembelian obligasi di pasar yang lebih terbuka dan mendorong deposito non-residen India.
RBI telah membeli obligasi senilai 1,39 triliun rupee dan melakukan swap 5 miliar dollar/rupee, menyuntikkan sekitar 440 miliar rupee.
Tak hanya itu, bank sentral telah menyediakan 1,83 triliun rupee melalui repo jangka panjang yang akan jatuh tempo pada awal April.
Para analis mengantisipasi tindakan-tindakan lebih lanjut dari RBI, seperti melakukan pembelian obligasi sebesar 800 miliar rupee dan swap sebesar 5 miliar rupee sebelum akhir Maret.
Kemungkinan untuk memperpanjang repo selama dua bulan lagi juga bermunculan karena likuiditas diperkirakan akan membaik ketika RBI membayar dividen kepada pemerintah pada akhir Mei.
Operasi-operasi bank sentral baru-baru ini termasuk 1 triliun rupee melalui operasi pasar terbuka, 388,15 miliar rupee dari pembelian obligasi pasar sekunder, sekitar 440 miliar rupee dari swap mata uang asing, dan berbagai repo yang jika ditotal jumlahnya hampir mencapai 1,83 triliun rupee. (AA)