FOREXNEWS.ID – Pada hari Kamis, Dolar Amerika Serikat menunjukkan penguatan tipis setelah pernyataan bernada hawkish dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberi sedikit dorongan terhadap greenback. Meski hanya naik 0,1% menjadi 99,280 pada pukul 05:25 ET (09:25 GMT), indeks Dolar masih mencatatkan penurunan lebih dari 3% sepanjang bulan ini.
Kenaikan kecil ini terjadi di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan yang masih menyelimuti ekonomi AS. Dalam pidatonya di Economic Club of Chicago, Powell menyatakan bahwa ekonomi AS sedang menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Ia mengakui potensi dampak negatif dari tarif terhadap impor, namun menekankan bahwa bank sentral akan menahan diri dari melakukan penyesuaian suku bunga dalam waktu dekat, menunggu sinyal ekonomi yang lebih jelas.
Analis dari ING menyebut bahwa pasar terlalu berharap pada pemotongan suku bunga sebagai penyelamat dari tekanan ekonomi. “Powell mengindikasikan bahwa inflasi kemungkinan meningkat meskipun pasar tenaga kerja melemah, tapi fokus utama Fed tetap pada tren inflasi,” tulis mereka dalam catatan pasar terbaru.
Sementara itu, para pelaku pasar juga mencermati perkembangan pembicaraan dagang antara AS dan Jepang, serta data ekonomi penting yang akan dirilis, seperti Survei Prospek Bisnis Manufaktur dari Federal Reserve Philadelphia dan angka mingguan klaim pengangguran.
Di sisi lain Atlantik, mata uang euro tertekan menjelang keputusan kebijakan Bank Sentral Eropa. EUR/USD turun 0,2% ke level 1,1377 setelah sebelumnya mengalami kenaikan hampir 5% dalam dua minggu terakhir. Investor tampak mulai mengambil posisi hati-hati, menunggu isyarat lanjutan dari ECB mengenai prospek suku bunga dan program stimulusnya.
Pergerakan pasar hari ini menggambarkan dinamika yang kompleks antara kebijakan moneter, ketegangan perdagangan, dan ekspektasi inflasi yang terus berubah—faktor-faktor yang akan terus membentuk arah Dolar dan Euro dalam beberapa pekan mendatang. (AA)