ForexNews.id – Morgan Stanley mengeluarkan proyeksi menarik terkait pergerakan nilai tukar Yen Jepang terhadap Dolar AS.
Dalam catatan riset terbarunya, lembaga keuangan ternama asal Amerika Serikat ini memperkirakan Yen akan mengalami penguatan signifikan hingga sekitar 7% terhadap Dolar, di tengah meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi di AS.
Resesi AS dan Dampak Tarif Timbal Balik
Prediksi penguatan Yen muncul setelah pengumuman kebijakan tarif timbal balik yang memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi di Amerika Serikat.
Tim analis Morgan Stanley yang terdiri dari Koichi Sugisaki dan David Adams menilai bahwa jika data ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda pelemahan, maka risiko resesi akan semakin diperhitungkan secara serius oleh pelaku pasar global.
Menurut mereka, jika pasar mulai menetapkan ekspektasi bahwa suku bunga terminal The Fed akan turun menjadi sekitar 2,75% pada akhir 2025, maka pasangan USD/JPY diperkirakan bisa jatuh ke level 135 dari posisi saat ini yang berkisar di angka 146.
Dua Strategi Trading Yen: Target Baru dan Risiko Terukur
Morgan Stanley juga memberikan dua rekomendasi strategi trading untuk mengambil posisi long terhadap Yen. Pertama, mereka menyarankan posisi short terhadap USD/JPY pada level 146,40 dengan target 135 dan stop loss di 151.
Target ini direvisi turun dari proyeksi sebelumnya di 145, mencerminkan pandangan bearish yang lebih kuat terhadap Dolar.
Kedua, mereka menyarankan posisi short pada CHF/JPY di level 171,30 dengan target 160 dan stop loss di 180.
Strategi ini menggarisbawahi ekspektasi mereka bahwa penguatan Yen tidak hanya akan terjadi terhadap Dolar, tetapi juga terhadap mata uang lain seperti Franc Swiss.
Pembelian oleh Investor Jepang Jadi Penopang Sementara
Menariknya, dalam beberapa pekan terakhir pasangan USD/JPY tetap cukup tangguh meskipun tekanan makro meningkat.
Sugisaki dan Adams menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh pembelian signifikan oleh investor domestik Jepang, seperti dana pensiun, yang melakukan rebalancing portofolio saat terjadi pelemahan Yen.
Namun, mereka menilai daya tahan ini hanya bersifat sementara jika sentimen global terus memburuk. (AA)