Reuters https://www.reuters.com
Reuters https://www.reuters.com

Khawatir Trump Kembali, Investor Kabur: Dolar Melemah di Tengah Bayang-Bayang Intervensi

ForexNews.id – Dolar Amerika Serikat mengalami tekanan signifikan pada awal pekan ini, menyusul meningkatnya kegelisahan pasar atas potensi intervensi politik terhadap independensi Federal Reserve.

Investor global mulai menilai ulang persepsi mereka terhadap kredibilitas bank sentral AS, menyusul pernyataan kontroversial dari Gedung Putih mengenai kemungkinan perombakan kepemimpinan The Fed.

Pada pukul 08:55 ET, indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, melemah 1,2% ke level 98,21 — titik terendah dalam tiga tahun terakhir.

Gerak tajam ini dianggap tidak biasa mengingat volume perdagangan global yang relatif tipis akibat libur Paskah di sejumlah wilayah utama.

Pelemahan dolar paling menonjol terlihat terhadap franc Swiss dan euro, dengan masing-masing penurunan 1,4% dan 1,3%.

Yen Jepang pun menorehkan penguatan signifikan, mendorong USD/JPY ke level terlemah sejak tujuh bulan terakhir.

Bahkan, dolar Australia ikut melonjak ke posisi tertinggi dalam empat bulan terakhir, mengindikasikan adanya rotasi portofolio global menuju aset non-AS.

Pemicunya adalah komentar penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, yang mengindikasikan bahwa Presiden Trump tengah mempertimbangkan opsi hukum untuk mencopot Ketua The Fed Jerome Powell — langkah yang secara historis belum pernah dilakukan dalam sistem keuangan modern AS.

Sinyal ini sontak menyalakan alarm pasar, karena mengisyaratkan potensi politisasi kebijakan moneter yang selama ini dijaga netral.

“Sinyal tekanan politik terhadap The Fed menciptakan ketidakpastian struktural. Ini bukan hanya soal suku bunga, tapi tentang kredibilitas,” kata Marissa Chang, analis mata uang senior di firma riset independen Altimeter Global.

“Jika pelaku pasar mulai ragu pada netralitas The Fed, maka dolar kehilangan salah satu pilar kekuatannya.”

Situasi ini diperparah oleh kontras kebijakan di Asia. People’s Bank of China (PBOC) memilih untuk mempertahankan suku bunga pinjaman (LPR) satu tahun di 3,1% dan LPR lima tahun di 3,6%, mengisyaratkan bahwa Beijing lebih condong mengandalkan instrumen fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ketimbang pelonggaran moneter lebih lanjut.

Respons pasar terhadap keputusan ini terlihat dalam penguatan yuan, dengan USD/CNY onshore melemah tipis dan USD/CNH offshore turun 0,2%.

Sementara itu, Powell dalam pidatonya pekan lalu menegaskan bahwa The Fed masih melihat inflasi sebagai risiko yang mengharuskan kebijakan moneter tetap ketat untuk saat ini.

Namun, tekanan politik bisa membuat posisi ini tidak lagi solid, jika Gedung Putih benar-benar mencoba melakukan perombakan secara paksa.

Dengan meningkatnya ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral, serta kondisi perdagangan global yang belum sepenuhnya pulih dari gejolak tarif dan konflik geopolitik, pasar valuta asing diperkirakan akan menghadapi volatilitas yang lebih tajam dalam beberapa pekan mendatang. (AA)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *