ForexNews.id – Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, Bridgewater Associates, kembali menjadi sorotan setelah mengungkapkan pandangan strategisnya tentang masa depan hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan China.
Dalam sebuah postingan terbaru di platform X, Dalio menyarankan skenario yang belum banyak dibicarakan: negosiasi bilateral antara AS dan China yang dapat mengarah pada penguatan yuan (renminbi) sebagai kompensasi atas pengurangan tarif oleh Amerika Serikat.
Pandangan ini mencuat tak lama setelah pengumuman tarif tambahan oleh pemerintah AS terhadap produk-produk dari China, yang menurut Dalio, bisa menjadi katalis bagi gangguan ekonomi global.
Ia menyatakan bahwa lonjakan proteksionisme ini berisiko menciptakan stagflasi di Amerika Serikat—yaitu kombinasi inflasi tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan—serta mendorong negara-negara yang terkena imbas ke dalam resesi atau deflasi.
Dalio yang baru saja bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi China, menyiratkan bahwa pembicaraan tentang solusi jangka panjang sangat dibutuhkan.
Ia melihat peluang bahwa China mungkin bersedia memperkuat mata uangnya, yuan, untuk meredam ketidakseimbangan perdagangan, jika sebagai gantinya AS bersedia melonggarkan kebijakan tarifnya.
Menurutnya, kesepakatan semacam ini dapat membuka jalan bagi stabilitas jangka panjang dalam hubungan bilateral dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi pasar global.
Namun, Dalio juga menggarisbawahi risiko dari kesepakatan tersebut. Penguatan yuan, misalnya, bisa menekan ekspor China dan memperburuk tekanan deflasi di dalam negeri, sehingga memaksa Beijing untuk melonggarkan kebijakan fiskal dan moneternya secara agresif.
Dalam pandangannya, semua negara yang terlibat kemungkinan besar akan melakukan penyesuaian kebijakan besar-besaran untuk mengatasi efek samping dari perang tarif ini, baik melalui stimulus fiskal maupun pelonggaran moneter.
Lebih jauh, Dalio menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan dalam tiga poros utama: produksi, perdagangan, dan aliran modal.
Menurutnya, ketidakseimbangan yang terjadi saat ini semakin mengkhawatirkan dan dapat mendorong terjadinya guncangan besar dan respons kebijakan yang tidak konvensional—tema utama dalam buku terbarunya, How Countries Go Broke: The Big Cycle.
Dalio memperingatkan bahwa masa depan sistem keuangan global akan sangat bergantung pada tiga elemen utama: kualitas utang sebagai instrumen penyimpan nilai, daya saing produktivitas nasional, dan kekuatan sistem politik yang mampu menciptakan kepercayaan publik.
Dalam dunia yang semakin tidak pasti, Dalio juga menekankan pentingnya memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi secara geografis dan sektoral, sebagai bentuk mitigasi risiko terhadap dinamika politik, inflasi, dan siklus pertumbuhan yang berubah-ubah.
Bagi investor global, pesan Dalio jelas: dunia sedang memasuki fase transisi besar dalam tatanan ekonomi dan geopolitik.
Dalam situasi seperti ini, fleksibilitas strategi dan kewaspadaan terhadap perubahan kebijakan menjadi kunci bertahan dan bahkan meraih peluang dari krisis yang mungkin muncul. (AA)