ForexNews.id – Pergerakan mata uang Asia menunjukkan pola yang bervariasi pada Kamis (24/4), dengan yen Jepang mencatat penguatan signifikan sementara won Korea Selatan melemah, dipengaruhi oleh dinamika perdagangan internasional dan data ekonomi domestik.
Yen Jepang menguat terhadap dolar AS setelah laporan menunjukkan kemungkinan perundingan tarif baru antara Tokyo dan Washington.
Menteri Ekonomi Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan bertolak ke Washington pada akhir April untuk menghadiri putaran kedua negosiasi terkait tarif AS atas barang Jepang.
Fokus utama perundingan diyakini mencakup tarif 25% untuk mobil dan 24% untuk baja, yang saat ini masih ditangguhkan namun membebani sentimen industri Jepang.
Penguatan yen didorong oleh harapan bahwa perundingan ini dapat meredakan tekanan dagang, seiring laporan dari Financial Times yang menyebutkan bahwa Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk membebaskan beberapa produsen mobil dari tarif impor terkait Tiongkok dan logam.
Pasangan USD/JPY turun 0,4%, menandai respons pasar terhadap prospek penurunan tensi dagang.
Sementara itu, won Korea Selatan menghadapi tekanan setelah data awal menunjukkan ekonomi negara tersebut menyusut secara mengejutkan pada kuartal pertama 2025.
Produk domestik bruto (PDB) tercatat turun 0,2% secara kuartalan, jauh dari ekspektasi pertumbuhan 0,1%.
Penurunan ini disebabkan oleh gejolak politik domestik serta ketidakpastian kebijakan perdagangan AS.
PDB tahunan Korea Selatan juga menurun sebesar 0,1%, berbalik arah dari pertumbuhan 1,2% pada kuartal sebelumnya. Hal ini menyebabkan pasangan USD/KRW naik 0,3%.
Di sisi lain, yuan Tiongkok mengalami pelemahan ringan setelah pernyataan dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang menyebut tarif tinggi dalam hubungan dagang AS-Tiongkok tidak berkelanjutan.
Pernyataan tersebut diikuti oleh komentar optimis dari Presiden Trump mengenai potensi kesepakatan dagang dengan Tiongkok yang dapat memangkas tarif, namun tidak menghapusnya sepenuhnya. Pasangan USD/CNY dan USDCNH masing-masing naik 0,2%.
Mata uang regional lain seperti dolar Australia, dolar Singapura, rupee India, ringgit Malaysia, dan peso Filipina bergerak terbatas, mencerminkan sikap hati-hati investor terhadap kebijakan perdagangan global yang masih belum pasti.
Secara keseluruhan, dinamika hari Kamis mencerminkan bagaimana pasar mata uang Asia tetap sangat responsif terhadap perkembangan geopolitik dan laporan ekonomi, menjadikan kestabilan kawasan sebagai tantangan di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut. (AA)