Bank sentral mengumumkan swap jual/beli selama tiga tahun senilai $10 miliar pada hari Jumat.
Turut diperkirakan juga bahwa Bank sentral akan menyuntikkan sekitar 870 miliar rupee ke sektor perbankan.
Hal ini membuat Reserve Bank of India (RBI) tak tinggal diam. RBI mengambil tindakan signifikan untuk mendukung rupee India dan meningkatkan likuiditas dalam sistem perbankan.
Menurut laporan Reuters, keputusan ini merupakan sebuah respons terhadap defisit kas yang terus mengganggu jalannya perbankan India.
Untuk mengatasi masalah ini, RBI telah melakukan berbagai langkah, termasuk pembelian obligasi di pasar terbuka dan sekunder, swap FX selama enam bulan, serta repo yang jatuh tempo pada awal April.
Secara keseluruhan, lebih dari 3,6 triliun rupee telah disuntikkan ke dalam sistem untuk memastikan likuiditas yang cukup.
Premi forward dollar/rupee 1 tahun mengalami penurunan signifikan sebesar 12 basis poin menjadi 1,99%, level terendah sejak awal Desember sebagai hasil dari pengumuman RBI.
Hal ini menandakan berkurangnya biaya lindung nilai terhadap pembayaran dolar di masa depan bagi perusahaan.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun relatif stabil, tetapi imbal hasil obligasi jangka pendek 4 tahun dan 5 tahun turun masing-masing sebesar 2 basis poin.
Para trader kini mengantisipasi penurunan imbal hasil lebih lanjut, yang tentu saja dapat menguntungkan perusahaan-perusahaan dan institusi keuangan non-bank yang mengandalkan pinjaman melalui surat-surat berharga.
Selain itu, suku bunga overnight index swap (OIS) 1 tahun juga turut alami penurunan, mencapai titik terendah dalam 30 bulan terakhir.
Hal ini menunjukkan perbaikan kondisi likuiditas, meskipun beberapa ahli memperkirakan bahwa RBI mungkin perlu mengambil langkah lebih lanjut untuk menjaga stabilitas keuangan.
Alok Singh sebagai Group Head of Treasury di CSB Bank, memberikan pernyataannya bahwa RBI kemungkinan masih perlu melakukan pembelian pasar terbuka sekitar 1 triliun rupee dan ini tentu saja untuk mempertahankan tingkat likuiditas netral menjelang akhir tahun keuangan.
Sementara itu, Kepala Ekonom Citi di India, Samiran Chakraborty, memperkirakan bahwa defisit likuiditas sebesar 300-500 miliar rupee masih akan berlanjut.
Dengan demikian, dukungan tambahan dari RBI dalam bentuk likuiditas sebesar 500 miliar hingga 1 triliun rupee mungkin diperlukan pada bulan Maret.
Langkah proaktif yang diambil oleh RBI terjadi pada momen krusial bagi perekonomian India.
Bank sentral saat ini tengah berupaya memastikan stabilitas di pasar keuangan menjelang akhir tahun fiskal, dengan dampak langsung terhadap biaya pinjaman dan nilai tukar rupee.
Keputusan ini juga terus diawasi secara ketat oleh para pelaku pasar, yang berharap tindakan RBI dapat membantu menyeimbangkan kembali sistem keuangan negara. (AA)