ForexNews.id- Sebagian besar mata uang Asia melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah pada perdagangan Rabu (16/4), meskipun pasar tetap diliputi kehati-hatian akibat ketidakjelasan arah kebijakan tarif dari pemerintah AS. Sementara itu, yuan Tiongkok justru mengalami pelemahan tipis, kendati data ekonomi kuartal pertama negara tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan.
Indeks Dolar AS, yang membandingkan kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, tercatat turun 0,4% di sesi perdagangan Asia. Posisi ini mendekati titik terendah dalam tiga tahun terakhir yang sempat disentuh pekan lalu.
Beberapa mata uang utama Asia menunjukkan penguatan signifikan. Yen Jepang menguat 0,5% terhadap dolar, sementara rupee India juga naik 0,3%. Dolar Singapura dan baht Thailand masing-masing menguat 0,2% dan 0,6%. Sementara itu, won Korea Selatan relatif stabil menjelang keputusan suku bunga Bank of Korea yang dijadwalkan pada Kamis.
Namun, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok tetap menjadi faktor utama yang membatasi sentimen positif. Tarif impor dari kedua negara telah mencapai angka yang signifikan—AS menetapkan tarif kumulatif hingga 145% terhadap barang-barang dari Tiongkok, sedangkan Beijing membalas dengan tarif sebesar 125% terhadap produk asal AS.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah memberikan sinyal kemungkinan pelonggaran terhadap bea masuk 25% untuk kendaraan impor, terutama bagi mitra dagang seperti Kanada dan Meksiko. Pemerintah AS juga diketahui memberikan pengecualian terhadap sejumlah produk elektronik seperti smartphone dan laptop, sebagian besar dari Tiongkok. Meski demikian, inkonsistensi dalam kebijakan ini membuat pelaku pasar tetap berhati-hati.
Sementara itu, yuan China sedikit tertekan di tengah laporan ekonomi yang sebenarnya positif. Pasangan USD/CNY tercatat naik 0,2%, meskipun laporan PDB menunjukkan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama 2025 melampaui ekspektasi analis.
Dengan dinamika global yang terus bergerak, investor masih menantikan kejelasan lebih lanjut dari Washington dan Beijing yang dinilai krusial bagi arah pasar valas regional dalam waktu dekat. (AA)