Reuters https://www.reuters.com Reuters
Reuters https://www.reuters.com Reuters

Setahun Pezeshkian, Rial Iran Anjlok: Apa yang Salah?

ForexNews.id – Rial Iran jatuh ke titik terendah baru, menembus angka psikologis 1.000.000 rial per dolar AS pada hari Selasa.

Depresiasi tajam ini mencerminkan tekanan ekonomi yang semakin besar, menyusul kebijakan “tekanan maksimum” yang kembali diperketat oleh Presiden AS Donald Trump.

Data dari bursa Iran yang dikumpulkan oleh Bonbast.com menunjukkan bahwa nilai mata uang Iran telah mencapai 1.039.000 rial per dolar, mencatat penurunan lebih dari 50% sejak Presiden Masoud Pezeshkian menjabat tahun lalu.

Kemerosotan ini menggarisbawahi dampak dari sanksi ekonomi yang terus berlanjut, yang memperburuk krisis moneter di Iran.

Pasar valuta asing Iran mengalami gejolak yang signifikan, dengan permintaan terhadap mata uang asing dan emas melonjak tajam di tengah ketidakpastian yang meningkat.

Ketegangan Diplomatik dan Kebuntuan Negosiasi

Awal bulan ini, Donald Trump mengungkapkan bahwa ia telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menyatakan bahwa program nuklir Iran dapat diselesaikan baik melalui jalur diplomasi maupun intervensi militer.

Namun, Khamenei dengan tegas menolak tawaran tersebut, menyebutnya sebagai “penipuan”.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, juga menyatakan bahwa negosiasi dengan Washington adalah hal yang mustahil kecuali kebijakan AS mengalami perubahan fundamental.

Ketidakpastian ini memicu kekhawatiran akan kemungkinan konflik di kawasan tersebut.

Namun, pejabat Iran tetap optimis bahwa perang dapat dihindari.

“Saya yakin tidak akan ada perang karena kami sepenuhnya siap untuk kondisi seperti itu… sehingga tidak ada yang akan berpikir untuk menyerang Iran,” kata Araqchi dalam pertemuan dengan Bulan Sabit Merah Iran pada hari Senin.

Inflasi dan Krisis Ekonomi yang Makin Parah

Selain tekanan eksternal, Iran juga menghadapi inflasi tahunan yang telah mencapai sekitar 40%.

Kondisi ini mendorong warga Iran untuk mencari aset yang lebih stabil seperti dolar AS dan emas sebagai bentuk perlindungan nilai terhadap depresiasi rial yang terus berlanjut.

Pada tahun 2018, sebelum sanksi AS diberlakukan kembali, rial Iran masih berada di sekitar 55.000 terhadap dolar AS.

Namun, sanksi yang diterapkan di bawah administrasi Trump, terutama yang menargetkan sektor minyak dan akses ke mata uang asing, semakin memperparah pelemahan mata uang nasional Iran.

Para analis memperkirakan bahwa selama kebijakan tekanan maksimum AS tetap berlaku dan tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan ekonomi Iran, rial akan terus mengalami pelemahan lebih lanjut.

Situasi ini juga menempatkan pemerintah Pezeshkian dalam posisi sulit, di mana stabilisasi ekonomi menjadi tantangan utama di tengah sanksi dan ketegangan geopolitik yang belum mereda.

Masa Depan Ekonomi Iran: Jalan yang Penuh Ketidakpastian

Dengan kondisi ekonomi yang semakin memburuk dan jalur diplomatik yang buntu, masa depan ekonomi Iran tetap penuh ketidakpastian.

Jika Iran gagal menemukan solusi internal untuk menstabilkan mata uangnya atau membuka kembali jalur negosiasi dengan AS dan sekutu global lainnya, depresiasi rial kemungkinan akan terus berlanjut.

Sementara itu, warga Iran harus menghadapi tantangan ekonomi yang semakin berat, dari lonjakan harga barang kebutuhan pokok hingga kesulitan dalam mendapatkan akses ke mata uang asing.

Dengan tekanan yang semakin besar, langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah Pezeshkian dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi kunci dalam menentukan arah perekonomian Iran di masa mendatang. (AA)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *