Reuters https://www.reuters.com Reuters
Reuters https://www.reuters.com Reuters

Trump Kembali Serang Jerome Powell, Perang Kata Memanas di Tengah Bayang-Bayang Krisis Ekonomi

ForexNews.id – Washington, 18 April 2025 – Hubungan antara mantan Presiden AS Donald Trump dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell kembali memburuk setelah Trump melontarkan kritik tajam terhadap kepemimpinan Powell dalam mengelola arah kebijakan moneter AS.

Serangan terbaru datang menyusul pernyataan Powell yang memperingatkan dampak serius dari gelombang kebijakan tarif yang didorong Trump selama kampanye dan periode transisi menuju pemilu.

Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Trump menyebut Powell sebagai “penghambat pemulihan ekonomi” dan menudingnya sebagai “arsitek keterlambatan kebijakan suku bunga yang merugikan.”

Kritik itu dilontarkan setelah Powell mengeluarkan laporan yang menyebut kebijakan tarif besar-besaran justru berpotensi mengguncang stabilitas harga dan memperburuk ketimpangan ekonomi.

“Jerome Powell dari The Fed, yang selalu terlambat dan salah, kemarin mengeluarkan laporan yang lagi-lagi, seperti biasa, benar-benar kacau! Tidak sabar ingin Powell segera dipecat,” tulis Trump.

Pernyataan Trump langsung memicu kegelisahan di pasar keuangan, dengan beberapa analis menyebut komentar tersebut sebagai upaya intervensi terhadap independensi bank sentral.

Meski begitu, secara hukum posisi Powell cukup terlindungi: Ketua The Fed hanya dapat diberhentikan atas dasar hukum, bukan karena ketidaksepakatan kebijakan.

Dalam sejarah panjang Federal Reserve, belum pernah ada Ketua yang dicopot secara paksa karena tekanan politik semata.

Powell, dalam konferensi pers pada 16 April, menekankan bahwa kebijakan tarif yang diusung kembali oleh Trump merupakan “pergeseran struktural terbesar dalam lanskap perdagangan sejak 1980-an”.

Ia mengungkapkan bahwa pendekatan proteksionis dapat memperburuk ketidakseimbangan ekonomi, mempercepat inflasi, dan menghambat pertumbuhan jangka panjang.

“Ini adalah tantangan yang belum pernah kami hadapi dalam beberapa dekade terakhir,” ujar Powell.

“Kita berada dalam risiko stagflasi jika arah kebijakan fiskal dan perdagangan tidak dipertimbangkan dengan hati-hati.”

Kritik terhadap Trump tak hanya datang dari Powell. Investor kawakan Ray Dalio menyuarakan keprihatinan serupa, menyebut tarif sebagai “bom waktu ekonomi”.

Dalam pernyataannya, Dalio menilai bahwa tekanan inflasi yang dipicu oleh tarif akan mempersulit tugas The Fed dalam menavigasi perekonomian yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan.

Di balik perang kata antara dua tokoh penting ini, pasar dan masyarakat kini menanti arah kebijakan selanjutnya.

Dengan Pilpres 2024 masih menyisakan jejak ketegangan, dan dengan Trump tetap menjadi tokoh sentral di panggung politik, kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi jangka menengah pun kian mencuat.

Apakah tekanan politik terhadap The Fed akan terus meningkat?

Ataukah independensi bank sentral masih akan bertahan dari guncangan politik yang makin intens?

Waktu akan menjawab, namun satu hal jelas: hubungan antara Trump dan Powell kemungkinan belum akan mencair dalam waktu dekat. (Aa)

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *